Kebiasaan para pendahulu kita, jika tiba bulan sya’ban mereka merayakan dan memuliakannya dengan bearaneka macam ibadah dan amal sholeh, seperti taubat, dzikrullah, ziarah kepada Rasulullah, umrah dan lainnya. Memang seyogyanya beribadah tidak hanya pada bulan tertentu, tapi mereka yang memiliki mata hati dan pengenalan hakikat keberadaan bulan ini lebih mengkhususkan dan menambah porsi dan kualitasnya. Menilik bahwa bulan sya’ban ini penuh rahasia dan nilai historis (sejarah) yang sangat berharga yang tidak dapat dilupakan manusia.
Cukup menunjukkan keagungan bulan ini dimana Rasulullah menisbatkannya kepada diri beliau dengan sabdanya :
“ Sya’ban adalah bulanku “ ( HR. Ad dailami dari Anas bin Malik dan diriwayatkan juga oleh Al Fath bin Abil Fawaris dari Al Hasan Al Bashri dengan status Hadits Mursal )
Dalam riwayat Ad dailami dari As Sayyidah Aisyah, Nabi Muhammad saw bersabda (yang artinya):
“ Sya’ban adalah bulanku dan ramadhan bulan Allah, sya’ban adalah penyuci dan Ramadhan adalah penggugur (dosa) “
Maka dari sinilah kemudian ulama menyebutkan pula bahwa sya’ban adalah bulan sholawat kepada beliau saw. As sayyid Muhammad Alawy al Maliki al Hasani berpendapat bahwa rahasia kenapa Nabi saw menisbatkan sya’ban kepada beliau, karena pada bulan inilah turun ayat sholawat dan salam kepada beliau saw (surat al Ahzaab ayat 56).
Memang demikianlah dikatakan sebagian besar ulama bahwa ayat tersebut diturunkan pada bulan sya’ban, seperti al Imam Ibnu Shoif al Yamani dan al imam Syihabuddin al Qusthullany. Al Imam Ibnu Hajar al ‘Asqolani menyebutkan bahwa ayat tersebut diturunkan pada tahun kedua Hijriyah.
Dan begitu pula bulan ini menjadi begitu mulia karena ternyata dalam beberapa hadits diterangkan bahwa beliau saw memperbanyak puasa sunnah didalamnya. Maka kita sebagai umat beliau seharusnya mengikuti langkah beliau, itulah cerminan mahabbah kita kepada beliau yang akhirnya membuahkan kecintaan Allah swt.
Suatu ketika Nabi ditanya tentang puasa yang paling utama setelah Ramadhan, beliau bersabda:
“ Puasa di bulan sya’ban untuk memuliakan Ramadhan “ (HR. At Tirmidzi)
Bahkan As Sayyidah Aisyah berkata:
“ Aku tidak melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan, dan aku tidak melihat beliau berpuasa (selain Ramdhan) lebih banyak daripada pada bulan Sya’ban “. (HR. Al Bukhori, Muslim dan Abu Dawud)
Dalam riwayat Al Bukhori yang lain, As Sayyidah Aisyah berkata:
“ Beliau saw berpuasa pada bulan sya’ban seluruhnya “.
Dalam kitabnya Maadza fii sya’ban, as Sayyid Muhammad Alawy al Maliki menyebutkan bahwa beliau saw mengkhususkan sya’ban dengan banyak puasa sunnah di dalamnya adalah untuk mempersiapkan diri menghadapi dan menyongsong Ramadhan, sebagaimana sholat sunnah rawatib dilakukan untuk mempersiapkan diri memasuki sholat fardhu.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh An Nasai dan ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, usamah bin Zeid RA bertanya kepada Rasulullah SAW kenapa beliau banyak berpuasa di bulan sya’ban daripada bulan lainnya, Rasulullah menjawab:
“ Itu (sya’ban) adalah bulan dimana banyak orang lalai di dalamnya, yakni antara rajab dan ramadhan, bulan ini adalah bulan dimana amal-amal disodorkan kepada Allah Pencipta sekalian alam, maka aku suka agar diangkat amalku dalam keadaan berpuasa “.
Hadits ini pula yang menjadikan bulan sya’ban memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu bulan dimana amal-amal setiap hamba diangkat dan dihadapkan kepada Allah swt.
Dan ternyata penyodoran amal ini tidak hanya pada bulan sya’ban saja. Hanya saja di bulan sya’ban ini dikatakan sebagai penyodoran amal tahunan. Padahal ada pula penyodoran amal mingguan dan harian. Sebagaimana diriwayatkan oleh al Imam al Bukhori dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda :
“ Saling silih berganti kepada kalian malaikat di waktu malam dan malaikat di waktu siang, dan mereka berkumpul pada sholat subuh dan sholat ashar, kemudian malaikat yang bermalam bersama kalian naik (ke langit), lalu Allah bertanya kepada mereka:”Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hambaku?” (padahal Dia lebih mengetahui), malaikat menjawab:”kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat dan kami datang kepada mereka dalam keadaan sholat”.
Ini adalah penyodoran amal harian, setiap waktu subuh dan ashar.
Adapun penyodoran amal dalam sepekan (sejum’at), yaitu setiap hari senin dan kamis, seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah RA, Rasulullah saw bersabda:
“ Amal-amal disodorkan kepada Allah swt setiap hari kamis dan senin “
Dalam riwayat at Tirmidzi yang lain Nabi saw bersabda:
“Amal-amal disodorkan kepada Allah swt setiap hari senin dan kamis, maka aku ingin agar amalku diangkat dalam keadaan berpuasa“.
Untuk menunjukkan kemuliaan bulan ini pula, sya’ban dinamakan syahrul quran (bulan al quran). Memang setiap saat kita sangat dianjurkan membaca al quran, lebih-lebih di waktu yang mulia seperti ramadhan dan sya’ban dan di tempat yang terhormat seperti Makkah al Mukarromah, Raudhoh As Sarifah dan lainnya.
Adalah al Imam ‘Amr bin Qais al Malai jika tiba bulan sya’ban beliau menutup tempat ibadahnya dan menghabiskan waktu disana dengan membaca al quran. Maka dikatakan oleh al Imam as Syeikh Ahmad bin Hijazi bahwa salafussholeh senantiasa menghabiskan waktu pada bulan sya’ban ini dengan membaca al quran, maka ikutilah langkah mereka dan berjalanlah di belakang mereka.
Sumber : http://madinatulilmi.com